A. KETERAMPILAN-KETERAMPILAN PROSES SAINS
Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta,
konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau
proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam
yang belum diterangkan. Secara garis besar sains dapat didefenisikan atas tiga
komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah. Jadi
proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi
sains, termasuk materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan
bidang studi sains (IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan teori saja belum
lengkap, karena baru mengajarkan salah satu komponennya.
Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain
adalah tanggung jawab, keinginan hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif,
kreatif, toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri
positif, mengenal hubungan antara masyarakat dan sains, perhatian terhadap
sesama mahluk hidup, menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari sudut usaha
bersama, dan menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah.
Dengan kata lain pendidikan sains juga bertujuan mengembangkan kepribadian
siswa.
Proses dapat didefenisikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah itu merupakan konsep besar yang
dapat dirinci menjadi sejumlah komponen yang harus dikuasai apabila orang itu
hendak melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Sainstis mengembangkan teori antara melalui keterampilan
proses.
1. Keterampilan
Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (1992),
mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu
keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan proses
terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar
terdiri atas:
a.
Pengamatan
b.
Penggunaan
bilangan
c.
Pengklasifikasian
d.
Pengukuran
e.
Pengkomunikasian
f.
Peramalan
g.
Penginferensial
Sedangkan keterampilan proses
terintegrasi terdiri atas:
a.
Pengontrolan
variabel
b.
Penafsiran
data
c.
Perumusan
hipotesis
d.
Pendefinisian
secara operasional
e.
Melakukan
eksperimen.
Agar siswa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut,
maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan
keterampilan itu.
2. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum 2006
Pemberian pengalaman belajar
secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan
untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses
sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam
Standar Isi antara lain:
a.
Mengamati
b.
Mengklasifikasi
c.
Mengukur
d.
Menggunakan alat
e.
Mengkomunikasikan
f.
Menafsirkan
g.
Memprediksi
h.
Melakukan eksperimen
Keterampilan
proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dalam Standar Isi antara lain:
a. Mengamati
b. Menggolongkan
atau Mengkelaskan
c. Mengukur
d. Menggunakan
alat
e. Mengkomunikasikan
hasil
f. Menafsirkan
g. Memprediksi
h. Menganalisis
i. Mensintesis
j. Melakukan
percobaan
Keterampilan
proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah
(MA) dalam Standar Isi antara lain:
a. Mengamati
b. Mengukur
c. Menggolongkan
d. Mengajukan
Pertanyaan
e. Menyusun
Hipotesis
f. Merencanakan
percobaan
g. Mengidentifikasi
variabel
h. Menentukan
langkah kerja
i. Melakukan
eksperimen
j. Membuat
dan Menafsirkan informasi/grafik
k. Menerapkan
konsep
l. Menyimpulkan
m. Mengkomunikasikan
baik secara verbal maupun nonverbal.
3.
Keterampilan-Keterampilan Proses Sains
Keterampilan-keterampilan
Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat
mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka telibat aktif dalam
penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses,
bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains
dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip sains. Menurut Nur (2003) keterampilan proses tersebut adalah
pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian,
pengukuran, penggunaan bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen,
pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan pendefinisian secara
operasional.
a.
Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang.
Seorang mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan
pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah:
(1) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (2) pengorganisasian
obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (3) pengidentifikasian banyak sifat; (4)
pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (5) melakukan
pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa”; (6) melakukan
pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”.
Pengamatan yang
dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan
pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan
pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada
satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Besaran
yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitaif.
Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan
yang dilakukan dengan beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan
mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang
didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya
menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang
obyek yang diamati.
Carin (1993) mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen
untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu:
1) Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak
terlewati hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak
perlu.
2) Indera (Senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai
alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
3) Pertanyaan (Question). Tetaplah mepunyai rasa ingin tahu selama mengamati,
waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk
mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.
4) Pengukuran (Measurement). Buatlah
pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk melengkapi pengamatan
kualitatif.
5) Persamaan dan perbedaan (Similarities and Differences).
Identifikasikanlah persamaan dan
perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat
dibandingkan.
6) Perubahan (Changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek
atau sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan
amati perubahan yang terjadi sebagai akibat.
7) Komunikasi (Communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jells mempergunakan
uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat.
b.
Penggunaan bilangan
Penggunaan
bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada
saat menggunakan bilangan adalah: (1) penghitungan; (2) pengurutan; (3)
penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar; (4) pengunaan keterampilan
matematika yang sesuai.
c.
Pengklasifikasian
Pengklasifikasian
adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa
perilaku siswa adalah: (1) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya:
mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (2)
memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya: yang
memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral
yang tidak dapat menggores gelas.
d.
Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek,
berapakah suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek
tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit
kertas atau satuan baku sentimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan
pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (1) pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (2) memilih alat
dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.
e.Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui
seseorang dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik.
Jadi penting menyatakan sesuatu atau
menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi
kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka
mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah: (1) pemaparan
pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (2)
pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data;
(3) perancangan poster atau diagram untuk menyajikan orang lain.
f. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin
dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada
pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan
suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan
datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa
suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah: (1)
penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (2) penafsiran generalisasi tentang
pola-pola; (3) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
g. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan
seseorang apa yang diamati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi.
Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa
yang telah diamati. Sebagai contoh: Seorang melihat suatu petak rumput mati.
Suatu inferensi yang mungkin diajukaan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang
menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah: (1) mengkaitkan
pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (2) mengajukan
penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.
h. Identifikasi
dan Pengontrolan Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau
berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga)
macam variabel yang penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan
variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel
manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel
manipulasi disebut variabel respon. Andaikan kamu telah melakukan percobaan
yang menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila
banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup.”
variabel-variabel yang kamu teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan itu
kamu sengaja telah mengubah banyak lampu, yaitu mula-mula hanya ada satu lampu
kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh
karena itu banyak lampu merupakan
variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu
berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.
Di
samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, kita ingin dapat
mengatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang
berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, harus yakin bahwa faktor
lain yang dapat memiliki suatu pengaruh dicegah untuk memberikan pengaruh.
Variabel yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi dijaga agar tidak
memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan
pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar.
Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam
suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat
melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu
menjadi semakin redup.” Kamu mula-mula membuat rangkaian
sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kamu menambah satu lampu lagi secara seri dengan
pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kamu menambah satu lampu
tersebut, kamu tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis
kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam
percobaan ini kamu telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi
hasil percobaan tersebut. Empat variabel kontrol itu disebut variabel kontrol.
Dengan demikian kamu dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang
berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena
ada tambahan satu lampu secar seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah:
(1) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (2) pengidentifikasian
variabel yang diubah dalam percobaan; (3) pengidentifikasian variabel yang
dikontrol dalam suatu percobaan.
i.
Penafsiran
Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang
telah dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah: (1) penyusunan data; (2)
pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan; (3) merumuskan inferensi yang sesuai
dengan menggunakan data; (4) pengikhtisaran secara benar.
j.
Perumusan
Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk
akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis
sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya: “Dengan waktu pemanasan 1 menit,
apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.”
Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang
pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel
respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel
manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk
pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat dirumuskan
dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau
dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif
adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu
pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara.
Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju
pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa
yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (1) perumusan hipotesis
berdasarkan pengamatan dan inferensi, (2) merancang cara-cara untuk menguji
hipotesis, (3) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis
tersebut.
k. Pendefinisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu
definisi yang berdasarkan pada apa yang mereka lakukan atau apa yang mereka
amati. Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau
kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.
Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti
menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat.
Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin
besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.” Untuk variabel
manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml;
sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml,
40 ml, dan 60 ml. Untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan
adalah menyalakan lilin,
sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat
definisi operasional veriabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama definisi operasionalnya dapat berbeda-beda
bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen
sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal
menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefinisikan variabel
secara operasional adalah; (1) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan
menggunakan obyek-obyek kongkrit, (2) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek
tersebut, (3) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama
suatu kejadian.
l.
Melakukan
eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu
eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu
variabel manipulasi. Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat
didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan
data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila suatu
variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara
jelas dalam bentuk definisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan
siswa saat melakukan eksperimen adalah: (1) merumuskan dan menguji prediksi
tentang kejadian-kejadian, (2) mengajukan dan menguji hipotesis, (3)
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (4) mengevalusai prediksi dan hipotesis
berdasarkan pada hasil-hasil percobaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar