Rabu, 29 Januari 2014

Kulangkahkan kakiku di Bumi Siri Pinang



Muh Gasali Mansur S.Pd, lahir di Pinrang, pada tanggal  4 Agsutus 1988.
Daerah Penugasan : Sumba Timur (NTT)
Alamat Email : anggazali_phy@yahoo.com
No. Kontak : 085299605460
Motto : Kita tidak merancang untuk gagal, kita gagal untuk merancang, tiada keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan untuk sukses.

             Kulangkahkan kakiku demi untuk menjadi guru menjadi sang pendidik demi nusa bangsa di daerah yang aku tak tau bagaimana kondisi dan entah bagaimana, kultur budaya dan apapun mengenai tentang di lokasi penugasan di sumba timur NTT. Sesaat kami tiba di lokasi aku bertanya dalam benak hati kecil inikah ujianku, apakah aku bermimpi ataukah ini hanya khayalan. Tubuh ku terguncang di hempas batu jalanan hatiku tergampar menampa kering dan panasnya di tempat penugasanku..zona nyaman yang dahulunya sering menghampiriku, kesenangan dan kemegahan yang mungkin kunikmati dengn penglihatan dan pendengaranku di daerah asalku harus kulupakan. 1bulan di lokasi penugasan kemanapun aku pergi bayang2 ingin pulang pun sering menghantui, mungkin itu hal wajar……aku merasa mendengar suara ibu, suara ayah dan suara adikku trus memanggilku pulng…
            Tapi entah mengapa disaat diriku mulai beradaptasi dengn mereka , siswaku , masyarakat.seketika ingin pulang dan sedih pun mulai terkikis. Di saat mulai mengajar di SMPN 1 Hahaar. Banyak hal yang baru yang bias aku dapatkan dilokasi penugasanku, hal yang tak bisa ku lupakan dan yang tak pernah kudapatkan di daerah asalku yaitu begitu tingginya penghargaan mereka2 kepadaku..sebutan “Selamat Pagi Pak Guru, Selamat Siang Pak guru, Selamat Malam Pak guru” yang terus menghampiri telingaku entah itu siswa, teman guru, masyarakat pejabat2 daerah disana. Banyak hal baru yang aku dapatkan disana ,yang mungkin tak dapat ku tuliskan yang intinya menggambarka kebahagiaan dan pengalaman yang sangat2 berharga buatku. Hal yng dulunya mungkin tak biasa aku lakukan, dan tak pernah kulakukan harus kulakukan, aku harus bisa dan mungkin keadaan yang menuntut kita harus serba bisa dan itu adalah pembelajaran yang sangat berharga.
            Toleransi beragama menjadi salah satu kebangganku di lokasi tempat penugasanku, penghargaan mereka yng mayoritas beragama kristen kepadaku yang notabene agamaku  islam, mereka tau apa yng menjadi larangan kami dan mereka pun menghargai akan hal itu. Contoh kecilnya disaat ada perayaan maka pasti di undang, mereka tau kami tidak makan hewan yng di sembelih ketika yang menyembelihnya itu non muslim, maka tiap ada kegiatan perayaan , entah itu adat panggiln pun terus menghampirikuuntuk menghadiri tpi sebelumnya itu panggilan menyembelih pun harus kuterima yang tak pernah aku lakukan tapi apa mau di kata aku harus bisa . mulai dari ayam, kambing bahkan sapi pernah aku sembelih ,waw itu salah satu pengalamnku.
            Sementara yang membuat miris hatiku adalah keterbatasan mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya, Alfin namanya, untuk kesekolah dia harus menempuh jarak 10 KM dengan berjalan kaki mendaki gunung melewati lembah dan menyebrang sungai tak jadi pantangan buatnya untuk tetap ke sekolah, itu hanya salah satu dari mereka. Ya itu adalah salah satu perjuangn mereka ynang mungkin menjadi pembelajaran bagiku, mereka yang serba tak ada fasilitas tetap ingin dan mempunyai semangat melanjutkan pendidikan, mereka ingin belajar, mereka punya cita2 tapi mereka tak punya kekuatan untuk itu, mereka tidak bodoh tpi mereka hanya tidak tahu karena tak ada yang ingin memberitahu kepada mereka. Contoh kecilnya : siswa smp masih ada yng tidak tau membaca, masih ada yng tak tau menghitung dan bahkan rata2  pelajaran yang harusnya di cerna di sekolah dasar itu tak di dapatkan sehingga waktu saya mengajar yang harusnya materi suhu dan kalor , pindahnya jadi penjumlahan dan pengurangan.. kadang dalam benak bertanya “apakah memang mereka ditakdirkan tidak tahu, atukah memang dia tidak tahu ataukah kodratnya harus memng tidak tahu”  mungkin pemerintah bisa memberikan sedikit jawaban
            Di kepulngan sebelum penarikan kami mereka siswa khusunya bertanya dan tak mampu kujawab dengan sepeser kata..” pak guru jangan pulang kami msih ingin belajar, nanti klw pak guru pulang siapa yang ajar kami fisika” kami ingin belajar Pak Guru, kami ingin pintar. Pak Guru Samapikan pesan kami kepada mereka yang berjibaku dalam dunia kependidikan dan temannya “ Kami Ingin belajar seperti teman-teman kami yang ada diluar sana, kami juga warga Indonesia yang harus mendapatkan adil terutama di dunia pendidikan”
            Perjalan ini terasa saat menyedihkan , banyak cerita ditanah kering bebatuan yang diselimuti panas dan terhidar dari fasilitas apatah lagi kemewahan, perjalanan ini pun jadi saksi betapa beruntungnya diriku hidup di daerah asalku yang di penuhi kemegahan dan fasilitas dan betapa bodohnya diriku yang tak mampu mensyukuri dan memanfaatka itu, hanya untaian doa kepada Tuhan dan ucapan terimah kasih atas bnyak pengalaman kesedihan dan kesyukuran pada mereka Masyarakat, pejabat, teman@ guru dan terkhusus Untuk siswaku di SMP 1 HAHARU Kab. SumbaTimur  (NTT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar