MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA
Indikator
Menciptakan media pembelajaran fisika yang disesuaikan
dengan tujuan, materi pelajaran, dan karakteristik peserta didik
A. Pendahuluan
Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan
transmisi pengetahuan dari expert ke novice. Berdasarkan konsep
ini, peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa. Guru mempersepsi diri berhasil dalam pekerjaannnya apabila dia
dapat menuangkan pengetahuan sebanyakbanyaknya ke kepala siswa dan siswa
dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan
guru kepada mereka. Praktek pendidikan yang berorientasi pada persepsi semacam
itu adalah bersifat induktrinasi, sehingga akan berdampak pada penjinakan
kognitif para siswa, menghalangi perkembangan kreativitas siswa, dan memenggal
peluang siswa untuk mencapai higher order thinking. Akhir-akhir ini,
konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme. Menurut paham
konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar)
sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar. Pengkonstruksian
pemahaman dalam ivent belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi.
Secara hakiki, asimilasi dan akomodasi terjadi sebagai usaha pebelajar untuk
menyempurnakan atau merubah pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al.,
2002).
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar sering
pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi apabila
terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi yang dimiliki
pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi, evolusi,
atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak
sesuai dengan prakonsepsinya. Tinjauan filosofis, psikologi kognitif, psikologi
sosial, dan teori sains sepakat menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan (Dole & Sinatra, 1998). Siswa sendiri yang melakukan perubahan
tentang pengetahuannya. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai
fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya dapat membantu proses
perubahan pengetahuan di kepala siswa melalui perannya menyiapkan scaffolding
dan guiding, sehingga siswa dapat mencapai tingkatan pemahaman yang
lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Guru menyiapkan
tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui tangga
tersebut untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Berdasarkan paradigma
konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip media mediated
instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan ivent
belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah
satu indicator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula.
Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan
yang berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru
yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan
masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al.,
2001). Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini,
profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa,
tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi
kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan
meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan
prasarana yang diperlukan untukmengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan
belajar sehingga memudahkan siswabelajar.Dampak perkembangan Iptek terhadap
proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti
buku teks, modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide,
hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan
menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.Makalah
ini menyajikan ringkasan mengenai arti, posisi, dan fungsi media
pembelajaran;landasan penggunaan media pembelajaran; perangkat dan klasifikasi
media pembelajaran; dan karakteristik media pembelajaran dua dan tiga dimensi.
Ringkasan ini diharapkan dapat berperan sebagai salah satu pendukung bagi para
guru untuk menuju pemenuhan tuntutan profesionalisme.
B. Definisi, Posisi, dan Fungsi Media Pembelajaran
1. Definisi media pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium.
Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim,
1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan
(Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima
komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
2. Posisi media pembelajaran
Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran
menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem
pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara
optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.
3. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi
dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur
untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang
mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media
(Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut.
Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau
kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan
dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian
aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan
kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula
diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media
mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara
serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan
kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru
mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya
menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah
atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena
biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran
yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian
tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan
fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa
melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa
variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya
pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang
diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir
yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. Pengembangan media
pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang
mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi
pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau
media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang
benda/peristiwa sejarah.
b. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik
karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang
kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan
sebagainya.
c.
Memperoleh
gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung
karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau
terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh
gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan
slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
d. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga
secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan
sebagainya.
e. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar
diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret,
slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung
hantu, kelelawar, dan sebagainya.
f.
Mengamati
peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan
slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus,
pertempuran, dan sebagainya
g. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar
diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh
gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung,
paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
h. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan
gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang
berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
i.
Dapat
melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video,
proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya
dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung
beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
j.
Dapat
melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan
bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi,
teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu
dihentikan.
k. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati
secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati
jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
l.
Melihat
bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model,
siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
m. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang
panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik
gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang
disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).
n. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan
mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi
ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang
profesor dalam waktu yang sama.
o. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan
temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat
belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.
C. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media
pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan
empiris.
1. Landasan filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai
jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses
pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam
pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah
dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak
pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik
pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan
untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan
kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting
bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru
menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,
motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka
baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran
yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
2. Landasan psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar,
maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping
memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya
diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara
efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (a) diadakan pemilihan media yang tepat
sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang
diamatinya, (b) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan
pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah
mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum
konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada
beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau
film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan
simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut
Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang
dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media
terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat
jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa
yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai
pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian
yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang
disajikan dengan simbol.
3. Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek
perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan
sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu
mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah
dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang
telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta
dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.
Komponen-omponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik,
dan latar.
4. Landasan empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa
dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan
yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar
visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual,
seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe
belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio,
rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari
kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan
landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya
jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian
antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan
karakteristik media itu sendiri.
D. Perangkat dan Klasifikasi Media Pembelajaran
1. Perangkat media pembelajaran
Yang termasuk perangkat media adalah: material, equipment,
hardware, dan software. Istilah material berkaitan erat
dengan istilah equipment dan istilah hardware berhubungan dengan
istilah software. Material (bahan media) adalah sesuatu yang
dapat dipakai untuk menyimpan pesan yang akan disampaikan kepada auidien dengan
menggunakan peralatan tertentu atau wujud bendanya sendiri, seperti
transparansi untuk perangkat overhead, film, filmstrip, dan film slide, gambar,
grafik, dan bahan cetak. Sedangkan equipment (peralatan) ialah sesuatu
yang dipakai untuk memindahkan atau menyampaikan sesuatu yang disimpan oleh
material kepada audien, misalnya proyektor film slide, video tape recorder,
papan tempel, papan flanel, dan sebagainya. Istilah hardware dan software
tidak hanya dipakai dalam dunia komputer, tetapi juga untuk semua jenis
media pembelajaran. Contoh, isi pesan yang disimpan dalam transparansi OHP,
kaset audio, kaset video, film slide. Software adalah isi pesan yang
disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah peralatan yang
digunakan untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material untuk
dikirim kepada audien. Contoh, proyektor overhead, proyektor film, video tape
recorder, proyektor slide, proyektor filmstrip.
2. Klasifikasi media pembelajaran
Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan
pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu
menurut: (a) Wilbur Schramm, (b) Gagne, (c) Allen, (d) Gerlach dan Ely, dan (e)
Ibrahim. Schramm menggolongkan media menjadi media rumit, mahal, dan media
sederhana, sedangkan menurut kemampuan daya liputan, adalah (1) liputan luas
dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas pada
ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar
individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dan telpon.
Gagne mengklasifikasikan media menjadi tujuh kelompok,
yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam,
gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media
pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut
hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik
minat belajar, contoh prilaku belajar, member kondisi eksternal, menuntun cara
berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.
Allen mengelompokkan media menjadi sembilan, yaitu:
visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram,
demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan,
Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk
tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen
mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info faktual, pengenalan
visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis
media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar.
Gerlach dan Ely, mengelompokkan media berdasarkan
ciri-ciri fisiknya. Media dikelompokkan menjadi delapan kelompok, yaitu benda
sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak,
rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Ibrahim mengelompokkan media berdasarkan ukuran serta
kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya. Pengelompokan ini terdiri atas lima
kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi; media tanpa proyeksi tiga
dimensi; media audio; media proyeksi; televisi, video, komputer. Berdasarkan
pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para
guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada
waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media
yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik
pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil
pembelajaran.
E. Karakteristik Media Pembelajaran Dua Dimensi
Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga
yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar.
Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media
cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi.
1. Media grafis
Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang
menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau
simbul visual yang lain dengan maksud untuk mengihtisarkan, menggambarkan, dan
merangkum suatu ide, data atau kejadian. Fungsi umum media grafis adalah untuk
menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya
adalah untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau
menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Karakteristik media grafis dapat dilihat berdasarkan
ciri-cirinya, kelebihan dan kelemahannya, unsur-unsur disain dan kriteria
pembuatannya, dan jenisjenisnya. Ciri-cirinya, media grafis termasuk: media dua
dimensi sehingga hanya dapat dilihat dari bagian depannya saja; media visual
diam sehingga hanya dapat diterima melalui indra mata. Kelebihan yang dimiliki
media grafis adalah: bentuknya sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh,
dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,
tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah penempatannya, sedikit memerlukan informasi
tambahan, dapat membandingkan suatu perubahan, dapat divariasi antara media
satu dengan yang lainnya. Kelemahan media grafis adalah: tidak dapat menjangkau
kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja, tidak
menampilkan unsur audio dan motion.
Unsur-unsur media grafis sering disebut sebagai
unsur-unsur visual, terdiri dari: titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna,
dan tekstur. Jenis-jenis media grafis meliputi: sketsa adalah gambar sederhana; gambar adalah bahasa bentuk/rupa yang umum; grafik adalah pemakaian lambang visual
untuk menjelaskan suatu perkembangan suatu keadaan; bagan merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara
visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan; poster merupakan perpaduan
antara gambar dan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan,
peringatan, atau ide-ide lain; kartun
dan karikatur adalah gambaran tentang seseorang, suatu buah
pikiran atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu; peta datar adalah penyajian
visual yang merupakan gambaran datar dari permukaan bumi; transparansi OHP adalah suatu
karya grafis yang dibuat di atas sehelai plastik yang tembus pandang kemudian
diproyeksikan ke sehelai layar dengan proyektor OHP.
Selain harus memiliki unsur-unsur disain yang bekerja
sama membentuk komposisi yang baik, media grafis juga harus mempertimbangkan
dalam pembuatannya berorientasi pengalaman agar dapat menyenangkan orang yang
melihat, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima. Pada waktu pembuatan
media grafis, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mengkombinasikan
unsur-unsur disainnya, yaitu: keseimbangan, kesinambungan, aksentuasi, dominasi
dan keseragaman.
Faktor keseimbangan terdiri dari keseimbangan fomal yang
sering disebut simetris, keseimbangan informal yang sering disebut asimetris,
dan keseimbangan radial dengan bentuk disainnya bergerak dari titik pusat
berjalan menurut radiusnya. Faktor-faktor kesinambungan meliputi: repetitif,
alternatif, progresif, dan berubah tempat serta ukuran secara bertahap. Faktor
aksentuasi diperlukan untuk menghindari kejenuhan dan kebosanan bagi
penglihatan dengan cara menghindarkan unsur-unsur monoton dan menonjolkan
bagian-bagian yang penting. Faktor dominasi adalah suatu unsur yang dapat mengikat
keseluruhan komposisi sehingga dapat mencapai keutuhan dan kejelasan, dan
faktor keseragaman adalah unsur visual yang hadir berbeda sehingga masalah
kejenuhan dapat teratasi.
2. Media bentuk papan
Media bentuk papan yang diringkas di sini terdiri dari
papan tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan magnet. Fungsi papan tulis
adalah untuk menuliskan pokok-pokok keterangan guru dan menuliskan rangkuman
pelajaran dalam bentuk ilustrasi, bagan, atau gambar. Keuntungan mengunakan
papan tulis adalah: dapat digunakan di segala jenis tingkatan lembaga, mudah
mengawasi keaktifan kelas, ekonomis, dapat dibalik. Kekurangannya adalah:
memungkinkan sukarnya mengawasi aktivitas murid, berdebu, kurang menguntungkan
bagi guru yang tulisannya jelek.
Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai
tempat untuk menempelkan pesan dan suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu
display yang merupakan bagian aktivitas penting suatu sekolah. Keuntungan
menggunakan papan tempel adalah: dapat menarik perhatian, memperluas pengertian
anak, mendorong kreativitas, menghemat waktu, membangkitkan rasa keindahan, dan
memupuk rasa tanggung jawab. Kelemahan-kelemahannya adalah: sulit memantau
apakah semua murid dapat memperhatikan, kemungkinan terjadi gangguan kenakalan,
membosankan jika terlalu lama dipasang. Tugas guru berkaitan dengan papan
tempel adalah: membimbing daya cipta anak, menyarankan ide-ide, memberikan
petunjuk komposisi warna, memberikan penilaian. Tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa adalah: mencari atau membuat bahan pelajaran, menentukan
komposisi warna, memelihara penggunaan dan keutuhannya.
Papan flanel sering juga disebut sebagai visual board,
adalah suatu papan yang dilapisi kain flanel atau kain yang berbulu di mana
padanya diletakan potongan gambar gambar atau simbol-simbol lain. Gambar-gambar
atau simbol-simbol tersebut biasanya disebut item papan flanel. Kegunaan papan
flanel adalah: dapat dipakai untuk jenis pelajaran apa saja, dapat menerangkan
perbandingan atau persamaan secara sistematis, dapat memupuk siswa untuk
belajar aktif. Keuntungan papan flanel adalah: dapat dibuat sendiri, item-item
dapat diatur sendiri, dapat dipersiapkan terlebih dahulu, item-item dapat
digunakan berkali-kali, memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan siswa, menghemat
waktu dan tenaga. Kelemahannya adalah: pada umumnya terletak pada kurang
persiapan dan kurang terampilnya para guru.
Papan magnet lebih dikenal sebagai white board atau
magnetic board adalah sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada
sebidang logam, sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang
ringan dengan interaksi magnet. Papan magnet memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai papan tulis dan sebagai papan temple dan sebagai tempat memproyeksikan
film atau slide. Keistimewaannya adalah: alat tulisnya khusus, tidak terkena
debu, lebih mudah dipindah-pindahkan, meningkatkan perhatian dan semangat
belajar siswa karena tulisan yang lebih terang. Dibandingkan dengan papan
flanel, papan magnet memang lebih mahal. Namun kelebihannya adalah: daya rekat
tempelan relatif lebih kuat sebagai akibat interaksi magnetik, simbol-simbol
dapat dipindah-pindahkan tanpa mengangkat, lebih bergengsi.
3. Media cetak
Secara historis, istilah media cetak muncul setelah
ditemukannya alat pencetak oleh Johan Gutenberg pada tahun 1456. Kemudian dalam
bidang percetakan berkembanglah produk alat pencetak yang semakin modern dan
efektif penggunaannya. Jenis-jenis media cetak yang disarikan di sini adalah:
buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, dan
pengajaran berprogram.
Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu penyajian dalam
bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu cabang ilmu
pengetahuan atau bidang studi tertentu. Manfaat buku pelajaran adalah: sebagai
alat pelajaran individual, sebagai pedoman guru dalam mengajar, sebagai alat
mendorong murid memilih teknik belajar yang sesuai, sebagai alat untuk
meningkatkan kecakapan guru dalam mengorganisasi bahan pelajaran. Keuntungan
penggunaan buku pelajaran adalah: ekonomis, komprehensif dan sistematis,
mengembangkan sikap mandiri dalam belajar.
Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi masa dalam bentuk cetak yang
tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat pembaca
pada umumnya. Ditinjau dari segi isinya, surat kabar atau majalah dapat
dibedakan menjadi surat kabar dan majalah umum dan surat kabar dan majalah
sekolah. Fungsi surat kabar dan majalah adalah: mengandung bahan bacaan hangat
dan aktual, memuat data terakhir tentang hal yang menarik perhatian, sebagai
sarana belajar menulis artikel, memuat bahan kliping yang dapat digunakan
sebagai bahan display untuk papan tempel, memperkaya perbendaharaan
pengetahuan, meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi.
Agar surat kabar dan majalah berfungsi dengan baik maka guru harus:
membangkitkan motivasi membaca, member tugas-tugas yang kontekstual, tampilkan
kliping-kliping siswa yang bagus agar menarik
minat siswa yang lain, mengadakan diskusi dengan topik berkaitan dengan
isi surat kabar dan majalah, memberikan penghargaan yang wajar atas karya para
siswa.
F. Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi
yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat
berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud
sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan
sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa se kelas
dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada.
Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin
dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya
dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah,
adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa
harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya
mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media
sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman
secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat
menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu
proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa
menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang
yang besar dan perawatannya rumit.
Beberapa kelompok media tiga dimensi dibahas berikut ini.
1. Belajar benda sebenarnya melalui widya wisata
Widya wisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan
melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari
seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata
adalah: siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi
lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup
bersama dan tanggung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi
guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia
nyata. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu,
memerlukan biaya dan tanggung jawab ekstra, obyek wisata yang jarang memberikan
peluang yang tepat dengan tujuan belajar.
2. Belajar benda sebenarnya melalui specimen
Terminologi benda sebenarnya digolongkan atas dua, yaitu
obyek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua benda yang masih dalam
keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah benda-benda asli atau
sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Namun ada juga benda asli
tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah
dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-contoh specimen benda yang masih
hidup adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan
insektarium. Contoh-contoh specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium,
teksidermi, awetan dalam botol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh
specimen benda yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan
dan mineral.
Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang
dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu:
bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau,
terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung,
tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.
3. Belajar melalui media tiruan
Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar
melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat
dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada
beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan
yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, untuk mempelajari
obyek yang telah menyejarah di masa lampau, untuk mempelajari obyek-obyek yang
tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari obyek yang mudah dijangkau
tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga
manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang abstrak, untuk
memperliatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses peredaran
planit-planit).
Keuntungan-keuntungan menggunakan model adalah: belajar
dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja, dapat mempertunjukkan
struktur dalam suatu obyek, siswa memperoleh pengalaman yang konkrit. Ditinjau
dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan model dapat dibedakan atas:
model perbandingan (misalnya globe), model yang disederhanakan, model irisan,
model susunan, model terbuka, model utuh, boneka, dan topeng.
4. Peta timbul
Peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan,
adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta timbul
memiliki ukuran panjang, lebar, dan dalam. Melalui peta timbul, siswa
memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan letak, tepi pantai, dataran
rendah, dataran tinggi, pegunungan, gunung berapi, lembah, danau, sungai. Peta
timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa sehingga dapat memupuk daya kreasi,
daya imajinasi, dan memupuk rasatanggung jawab bersama terhadap hasil karya
bersama. Bahan yang dapat dipakai membuat peta timbul adalah semen, tanah liat,
serbuk gergaji, bubur kertas karton. Pemilihan bahan disesuaikan dengan
keperluan peta timbul yang ingin dibuat.
5. Globe
Globe (model perbandingan), adalah benda tiruan dari
bentuk bumi yang diperkecil. Globe dapat memberikan keterangan tentang
permukaan bumi pada umumnya dan khususnya tentang lingkungan bumi, aliran
sungai, dan langit. Tujuan penggunaan globe adalah: menunjukkan bentuk bumi
yang sebenarnya dalam skala kecil, menunjukkan jarak pada suatu titik tertentu,
menunjukkan skala-skala tentang jarak pada lingkungan yang luas. Ukuran gloge
yang paling umum adalah 8, 12, 16, 20, 24 inci. Globe untuk perseorangan cukup
berukuran 8 inci, sedangkan untuk kelas adalah 12 atau 16 inci.
6. Boneka
Boneka yang merupakan salah satu model perbandingan
adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Sebagai media
pendidikan, dalam penggunaannya boneka dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka.
Penggunaan boneka dalam pendidikan telah populer sejak tahun 1940-an di
Amerika. Di Indonesia, penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek
(di Jawa Barat) digunakan untuk memainkan ceritera Mahabarata dan Ramayana.
Macam-macam boneka dibedakan atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan),
boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka), boneka tongkat seperti
wayang-wayangan, boneka tali sering disebut marionet (cara menggerakkan melalui
tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan kaki), boneka bayang-bayang (shadow
puppet) dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya.
Keuntungan menggunakan boneka adalah: efisien terhadap
waktu, tempat, biaya, dan persiapan; tidak memerlukan keterampilan yang rumit;
dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira. Agar
penggunaannya menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan
tujuan pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih
banyak mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit,
diselingi dengan nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti
dengan tanya jawab, siswa diberi peluang memainkannya.
Bahan Latihan
|
Pilihlah salah satu Standar Kompetensi (SK) pada standar isi Mata Pelajaran Fisika
SMA, kemudian buatlah media pembelajarannya!
G. Rangkuman
1. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
2. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi
sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan
metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah
informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan,
materi, serta kemampuan dan karakteristik pebelajar, akan sangat menunjang
efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar